Rabu, 26 Februari 2014

NABI LUTH AS

Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.

Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum

Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rosak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.

Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.

Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahawa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak meredhai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahawa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.

Allah SWT berfirman:

"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)

Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan hati yang keras dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.

Kaum Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama teman serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka ditambah dengan kejahatan baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi kemanusiaan mereka dan daya kreativiti yang ada dalam diri mereka. Yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di mana mereka berhubungan seks dengan sesama kaum lelaki (homo seks).

Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 54-55)

Nabi Luth menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawapan dari kaumnya:

"Maka tidak lain jawapan kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; kerana sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)

Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahawa jiwa kaum Nabi Luth benar-benar sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum lelaki cenderung kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh aneh ketika mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang harus disamakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak ubat dan memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth membuat had beliau bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang asing atau seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah tamu- tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum lelaki." Mulailah perilaku mereka yang keji itu terkenal.

Nabi Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya. Isteri Nabi Luth kafir seperti isteri Nabi Nuh:

"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang- orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang soleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (seksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)

Jika rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth terseksa, baik di luar rumah mahupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan:

"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang- arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)

Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang- orang yang membuat kerosakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau.

Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak kehairanan melihat kaum lelaki yang memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaumnya), "Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju ayahnya.

"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu dengan nada gugup. Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat mereka, beliau merasakan kehairanan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.

Nabi Luth kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memberitahu mereka bahawa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di samping itu, mereka juga membuat kerosakan di muka bumi dan seringkali terjadi pertentangan di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu. Nabi Luth berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat menghairankan. Mereka tetap berjalan dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap bermalam di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. kerana rasa takutnya dan penderitaannya sehingga ia lupa untuk memberi mereka makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun isterinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT berfirman:

"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya kerana kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji." (QS. Hud: 77-78)

Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari isterinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth.

Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak berfikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama lelaki.

"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)

"Inilah puteri-puteri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam bentuk kesucian jiwa dan fizik. Ketika kalian cenderung kepada mereka, maka kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat." "Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahawa Allah SWT mendengar dan melihat serta akan murka dan menyeksa orang-orang yang derhaka. Seharusnya orang yang berakal sehat menghindari murka- Nya.

"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini adalah usaha gagal dari beliau yang mencuba menggugah kemuliaan dan tradisi mereka sebagai orang Badwi yang harus menghormati tamu, bukan malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai fikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri." Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan fikiran yang bodoh:

"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)

Demikianlah tampak dengan jelas bahawa kebenaran tersembunyi di balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya. Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan kerana dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang buruk pada perbuatan yang buruk.

Nabi Luth merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth merasakan kehairanan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rosak dan lemah, lalu Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal:

"Luth berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).'" (QS. Hud: 80)

Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang kuat yang dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth. Ia berlindung pada benteng yang kukuh." Ketika penderitaan mencapai puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka memberitahunya bahawa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang kuat:

"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)

Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka mengira bahawa mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar: 37-38)

Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan memerintahkan kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung. Seksa apa ini? Ini adalah seksa dari bentuk yang aneh. Para malaikat memberitahunya bahawa isterinya termasuk orang-orang yang menentangnya. isterinya adalah seorang kafir seperti mereka, sehingga jika turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya.

Keluarlah wahai Luth kerana keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi Luth bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan turun azab kepada mereka?" Para malaikat memberitahunya bahawa mereka akan terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?

Allah berfirman SWT:

"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali isterimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka kerana sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)

Nabi Luth keluar bersama anak-anak perempuannya dan isterinya. Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah perintah Allah SWT:

"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan seksaan itu tiadalah jauh dari orang- orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)

Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu- batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota- kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar suara-suara yang mengerikan. isterinya melihat sumber suara dan dia pun musnah."

Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:

"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada seksa yang pedih. " (QS. adz-Dzariyat: 35-37)

"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)

"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)

Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata: "bahawa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini mengisyaratkan bahawa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth menyerupai butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan bahawa danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina adalah kota-kota kaum Nabi Luth."

Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. Beliau hairan ketika mendengar bahawa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya. Nabi Luth terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah s.w.t seperti Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap menyebarkan Islam di muka bumi.


Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran

Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah "Asy-Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat 77 sehingga ayat 83 , surah "Al- Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah "At-Tahrim" ayat 10 yang mengisahkan isteri Nabi Luth yang mengkhianati suaminya.
 

Rabu, 12 Februari 2014

ILMU TAJWID


TajwÄ«d (ŲŖŲ¬ŁˆŁŠŲÆ) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, [1] tajwid berasal dari kata Jawwada (Ų¬ŁˆّŲÆ-ŁŠŲ¬ŁˆّŲÆ-ŲŖŲ¬ŁˆŁŠŲÆŲ§) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf) [2], shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat al-Quran. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa.
Adapun dalil dalil yang mewajibkan membaca al-Quran dengan tajwid antara lain:
  1. ada pun dalil yang pertama di ambil dari al-Quran. Allah swt berfirman yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
  2. yang kedua dalil as sunah ( hadist ). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a.(istri Nabi SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaiman bacaan dan salat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda s.a.w. salat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau salat tadi, kemudian Baginda kembali salat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau salat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah s.a.w. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
  3. yang ketiga adalah dalil ijma ulama. adalah telah sepakat para ulama dari zaman rasulullah sampai zaman sekarang, bahwa membaca alqur’an dengan bertajwid adalah sesuatu yang fardhu dan wajib.

Kamis, 06 Februari 2014

Nabi Syuaib

Sebuah cerita Islami yang berisi mengenai cerita nabi Syuaib. Lengkapnya adalah  Syuaib bin Mikil bin Yasjir bin Madyan bin Ibrahim, Ia merupakan salah satu nabi utusan ALlah yang berdakwa pada suatu kaum yang gemar berbuat kecurangan, berbuat licik, tidak jujur, tidak adil. salah satu contohnya adalah mereka gemar mengurangi timbangan dalam praktek jual beli.

Nabi Syuaib merupakan salah satu Nabi yang masih keturunan dari Nabi Luth as dari pihak yang perempuan. Ia diutus oleh Allah untuk berdakwah di negeri yang bernama Madyan, suatu negeri yang lokasi dekat perbatasan negeri syam atau Palestina. Penduduk di negeri itu telah lama meninggalkan ajaran-ajaran yang dibawah oleh para Nabi terdahulu dan lupa menjalankan perintah-perintah agama yang semestinya mereka kerjakan. Jadi untuk itulah Nabi Syu’aib diperintahkan oleh Allah untuk mengajak mereka kembali menyembah Allah dan jangan melakukan perbuatan kemaksiatan, seperti mencuri, menipu, berdusta dalam menimbang atau menakar dan lai lain. Ini seperti yang tertulis di dalam Al Qur an yang berbunyi :
“Dan (kami telah mengutus ) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib, ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah dating kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka Sempurnakanlah takaran dan timbangan dan jangan kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerushan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaiknya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang yang beriman” (Qs. 7 : 85)

 Cerita Nabi Syuaib berdakwah

Seruan Nabi Syuaib as tersebut kepada kaumnya, sedikitpun tidak mereka turuti, mereka beranggapan mereka yang benar, sedangkan Nabi Syu’aib dianggap sebagai orang yang menyebabkan huru hara dan kegaduhan. Namun Nabi Syu’aib as tidak putus asa, malah ia smakin semakin semangat terus mengajarkan dan mendidik mereka.
Cerita Nabi Syuaib – Setelah memberi penjelasan mengenai masalah tauhid secara langsung, Nabi Syuaib as beralih ke masalah muamalah kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan kejujuran dan keadilan. Hal yang terkenal pada penduduk madyan adalah mereka sering mengurangi takaran timbanan dan mereka tidak memberi hak-hak manusia yang semestinya mereka dapatkan.
Masyarakat Madyan ketika menganggap bahwa mengurangi bobot timbhangan merupakan salah satu bentuk kepandaian atau keahlian dalam perdagangan, serta bentuk kelicikan dalam mengambil dan membeli. Lalu datanglah Nabi Syu’aib kepada mereka untuk mengingatkan bahwa apa yang mereka lakukan tersebut merupakan perbuatan yang tercela dan termasuk sebagai pencurian. Nabi Syu’aib as memberitahu mereka bahwa ia khawatir jika mereka meneruskan perbuatan curang tersebut maka mereka akan mendapat azab yang tidak dapat mereka hindari. Hal itu seperti yang tertulis dalam Al Qur an yang berbunyi sebagai berikut :
“Dan syu’aib berkata : “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu” (Qs 11 : 85 – 86)
Nabi Syu’aib as meneruskan misi dakwahnya. Ia mengulangi nasihathnya sampai beberapa kali kepada kaumnya dengan cara yang baik dan mengajak ke jalan yang benar bukan ke jalan yang salah, ia menghimbau kepada kaumnya untuk menegakkan timbangan dengan keadilan dan kebenaran dan mengingatkan mereka agar jangan merampas hak-hak orang lain, bukan hanya dalam jual beli saja namun juga perbuatan lainnya, Ia memerintahkan untuk menegakkan keadilan dan kejujuran. Itulah seruang agama tahuid dan akidah tauhid, kejujuran dan keadilan selalu ia suarakan.
 Cerita Nabi Syuaib – Dengan cara seperti itu Nabi utusan Allah itu menjelaskan kepada kaumnya bahwa persoalan  yang mereka hadapi merupakan persoalan yang begitu penting dan sangat serius, bahkan sangat berat. Ia membertahu bahwa akibat yang bakal mereka terima jika mereka berbuat kerusakan. Kemudian ia berhenti berbicara, kemudian kaumnya bergantinya untuk mulai membuka pembicaran seperti yang tercantum dalam ayat Al qur an di bawah ini :
Mereka berkata : “Hai Syu’aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meinggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau meralarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang-raong yang sangat penyantun lagi berakal” (Qs : 11 : 87)
Para penduduk Madyan yang kafir mereka biasa merampok dan menyembah Al-Aikah, yang merupakan pohon dari Al-Aikah  yang dikelilingi oleh dahan-dahan yang berputar di sekelilingnya. Mereka termasuk orang-orang yang menjalin hubungan sesama manusia dengan cara-cara yang sangat keji. Mereka suka mengurangi timbangan, mereka mengambil yang lebih darinya dan tidak menghiraukan kekurangannya.
Seruan Nabi Syu’aib as ditentang keras oleh mereka. Mereka menatang Nabi Syuaib dengan berkata  : “Cobalah engkau turunkan siksa itu sekarang juga kepada kami, jika memang engkau benar dalam kata-katamu itu”
Permintaan mereka langsung diberikan oleh Allah, dengan azab hawa yang panas terik membakar kulit, sebagaimana diterangkan dalam Al Qur’an :
“Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka”. (QS : 7 : 91)
Cerita Nabi Syuaib – Itulah siksa dari Allah yang bisa langsung ditimpakan kepada mereka. Kemudian Nabi Syu’aib beserta orang-orang yang bermain hijrah ke negeri lain yaitu Aikah. Yang merupakan nama salah satu dusun yang letakknya tidak jauh dari Madyan.  Di dusun itu ternyata masyarakatnya tidak berbeda dengan masyarkaat madyan, mereka juga merupakan masyarakat yang membangkang dan mendurhakai Allah.
Sebagai Nabi utusan Allah, Syu’aib tentu tidak bosan-bosanya mengajak mereka untuk menyembah Allah yang menciptakan mereka dan seluruh ala mini. Nabi Syu’aib menjelaskan bahwa ada siksa yang akan ditimpa oleh orang orang durhaka kepada Allah, dan mengatakan bahwa jika mereka mengikuti seruannya maka manfaatnya untuk kamu sendiri.

Namun sayangnya mereka memiliki sikap seperti msyarakat Madyan, mereka dengan kerasnya menentang Seruan atau ajakan Nabi Syu’aib as, sehingga Allah memberikan azab bagi mereka. Seperti yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an sebagai berikut :
“Kemudian mereka mendustakan Syu’aib lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar (Qs  26 : 190)
Makam Nabi Syuaib berada di Yordania yang letaknya 2 km barat kota Mahis, Wadi Syu’aib merupakan sebutan area tersebut.
Itulah cerita nabi Syuiab, semoga kisah cerita di atas dapat kita ambil hikmahnya, dan semoga kita tidak termasuk golongan seperti kaum Madyan yang dijatuhi azab oleh Allah karena telah berbuat kemaksiatan di muka bumi.

Minggu, 02 Februari 2014

Abu Bakar As-Siddiq ra. - Biografi

Nama Abu Bakar As-Siddiq radhiallahu'anhu tidaklah asing lagi bagi umat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah umat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah.
Nama sebenar Abu Bakar As-Siddiq adalah Abdullah Bin Qahafah. Sebelum Islam, beliau adalah seorang saudagar yang sangat kaya serta datang dari keluarga bangsawan yang sangat dihormati oleh masyarakat Quraisy. Bahkan sebelum memeluk Islam, Abu Bakar telah terkenal sebagai seorang pembesar Quraisy yang tinggi akhlaknya dan tidak pernah meminum arak sebagaimana yang lazimnya dilakukan oleh pembesar-pembesar Quraisy yang lain.
Dari segi umur, Abu Bakar radhiallahu'anhu adalah dua tahun lebih muda dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan telah menjalin persahabatan yang akrab dengan baginda Rasul lama sebelum Rasulullah menjadi Rasul. Beliaulah tokoh sahabat besar yang dianggap paling banyak sekali berkorban untuk menegakkan agama Islam di samping Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Kerana besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengatakan bahawa Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah radhiallahu'anha dan pengorbanan Abu Bakar radhiallahu'anhu Adapun gelaran As-Siddiq yang diberikan kepadanya itu adalah kerana sikapnya yang selalu membenarkan apa pun perkataan maupun perbuatan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Dalam hal ini kita petik suatu kisah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud radhiallahu'anhu yang dicenitakan sendiri kepadanya oleh Abu Bakar, tentang bagaimana Abu Bakar memeluk agama Islam.
Kata Abu Bakar radhiallahu'anhu ketika menceritakan suatu kisah mengenai dirinya kepada Ibnu Mas'ud, "Aku pernah mengunjungi seorang tua di negeri Yaman. Dia rajin membaca kitab-kitab dan mengajar banyak murid. Dia berkata kepadaku:
"Aku kira tuan datang dari Tanah Haram.
"Benar, “jawabku.
"Aku kira tuan berbangsa Quraisy?”
"Benar,” ujarku lagi.
"Dan apa yang aku lihat, tuan dari keluarga Bani Taiyim?”
"Benarlah begitu,” tambahku selanjutnya.
Orang tua itu terus menyambung, katanya, "Ada satu lagi hal yang hendak aku tanyakan dari tuan, yaitu tentang diri tuan sendiri. Apakah tak keberatan jika aku lihat perutmu?
Maka pada ketika itu aku pun berkata, "Aku keberatan hendak memperlihatkan selagi tuan tidak nyatakan kepadaku perkara yang sebenarnya.
Maka ujar orang tua itu, "Aku sebenarnya melihat dalam ilmuku yang benar bahawa seorang Nabi Allah akan diutus di Tanah Haram. Nabi itu akan dibantu oleh dua orang sahabatnya, yang seorang masih muda dan seorang lagi sudah separoh umur. Sahabatnya yang muda itu berani berjuang dalam segenap hati dan menjadi pelindungnya dalam kesusahan. Sementara yang separoh umur itu putih kulitnya dan berbadan kurus, ada tahi lalat di perutnya dan ada suatu tanda di paha kirinya. Apalah salahnya kalau tuan perlihatkan kepadaku.
Maka sesudah dia berkata itu aku pun membuka pakaianku lalu orang tua itu pun melihatlah tahi lalat hitam di atas bahagian pusatku seraya berkata, "Demi Tuhan yang menguasai Kaabah, tuanlah orangnya itu!
Kemudian orang tua itu pun memberi sedikit nasihat kepadaku. Aku tinggal di Yaman untuk beberapa waktu kenana mengurusi perniagaanku dan sebelum meninggalkan negeri itu aku sekali lagi pergi menemui orang tua tersebut untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Kemudian dia lalu bertanya, "Bolehkah tuan menyampaikan beberapa rangkap syairku?
"Boleh sahaja, “jawabku.
Setelah itu aku pun membawa pulang syair-syair itu ke Mekah. Setibanya aku di Mekah, para pemuda bergegas datang menemuiku seraya berkata, "Adakah engkau tahu yang sudah terjadi? Maka ujarku pula, "Apakah yang terjadi itu?
Jawab mereka, "Si yatim Abu Talib kini mengaku menjadi Nabi! Kalaulah tidak mengingat engkau hai Abu Bakar, sudah lama kami selesaikan dia. Engkaulah satu-satunya yang kami harapkan untuk menyelesaikannya.
Kemudian aku pun meminta mereka pulang dahulu sementara aku sendiri pergi menemui Muhammad. Setelah menemuinya aku pun mengatakan, "Wahai Muhammad, kau telah mencemarkan kedudukan keluargamu dan aku mendapat kabar bahwa kau terang-terang telah menyeleweng dari kepercayaan nenek moyang kita.
Maka ujar baginda, "Bahwa aku adalah Pesuruh Allah yang diutuskan untukmu dan untuk sekalian ummat!
Aku pun betanya kepada baginda, "Apa buktinya?
Jawabnya, "Orang tua yang engkau temui di Yaman tempo hari.
Aku menambah lagi, "Orang tua yang mana satukah yang kau maksudkan karena banyak orang tua yang aku temui di Yaman itu?
Baginda menyambung, "Orang tua yang mengirimkan untaian syair kepadamu!
Aku terkejut mendengarkannya lalu bertanya, "Siapakah yang telah memberitahumu, wahai sahabatku?
Maka ujar baginda, "Malaikat yang pernah menemui Nabi-nabi sebelumku.
Akhirnya aku berkata, "Ulurkanlah tanganmu, bahwa dengan sesungguhnya aku bersaksi tiada Tuhan yang kusembah melainkan Allah, dan dirimu (Muhammad) sebenarnya Pesuruh Allah.
Demikianlah kisah indah yang meriwayatkan bagaimana Islamnya Abu Bakar. Dan memanglah menurut riwayat beliau merupakan lelaki yang pertama yang beriman kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
Keislaman Saiyidina Abu Bakan As-Siddiq R.A. telah membawa penganuh besar di kalangan kaum bangsawan Quraisy kerana dari pengaruh keislamannya itulah maka beberapa orang pemuda bangsawan Quraisy seperti Saiyidina Uthman Bin Affan, Abdul Rahman Bin Auf, dan Saad Bin Waqqas menuruti jejak langkahnya. Semenjak beliau memeluk Islam, Saiyidina Abu Bakan R.A. telah menjadi pembela Islam yang paling utama serta seorang sahabat yang paling akrab serta paling dicintai oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam Sebagai memperlihatkan kecintaan baginda terhadap Saiyidina Abu Bakar R.A., dapat kita ketahui dan satu dialog yang terjadi antara baginda Rasul dengan Amru Bin Al As. Amru seorang sahabat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah suatu hari menanyakan Rasul, "Siapakah di antara manusia yang paling tuan sayangi? Baginda menjawab, "Siti Aisyah, dan kalau laki-laki adalah bapanya.
Selain daripada itu Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq R.A. adalah seonang sahabat yang terkenal kerana keteguhan imannya, cendas akal, tinggi akhlak, lemah lembut dan penyantun. Rasulullah S.A.W. pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya, "Jika ditimbang iman Abu Bakar As-Siddiq dengan iman sekelian ummat maka berat lagi iman Abu Bakar. Demikian teguhnya iman Saiyidina Abu Bakar R.A. demi apakala kita memperhatikan pengertian yang terkandung pada sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam mengenai dirinya itu. Gelaran AlSiddiq yang dibenikan orang terhadap diri Saiyidina Abu Bakar R.A. adalah lantaran memandang sikap serta pendiriannya yang teguh dalam membenarkan serta membela diri Rasulullah S.A.W. Andainya sekelian ummat manusia akan mendustakan Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam Abu Bakar R.A. akan pasti pula tampil dengan penuh keyakinan untuk membelanya.
Tidak beberapa lama setelah memeluk agama Islam, Saiyidina Abu Bakar yang terkenal sebagai saudagar yang kaya itu telah meninggalkan perdagangannya dan meninggalkan semua usaha peribadi lain-lainnya lalu menyerahkan segenap kekayaan dan jiwa raganya untuk melakukan penjuangan menegakkan Islam bersama Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallamsehingga oleh kerana kegiatannya maka Agama Islam mendapat kemegahan dengan Islamnya beberapa pemuda Quraisy yang lain seperti yang telah disebutkan itu. Beliau telah mengorbankan seluruh hanta bendanya untuk menebus orang-orang yang ditawan, orang-orang yang ditangkap atau disiksa. Selain danpada itu beliau juga telah membeli hamba-hamba yang kemudian dimerdekakannya. Salah seorang hamba yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan yang paling terkenal dalam sejarah ialah Bilal Bin Rabah.
Tatkala Nabi Muhammad selesai melakukan Isra' dan Mikraj segolongan orang yang kurang mempercayai apa yang telah dikhabarkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallamtelah pergi menemui Saiyidina Abu Bakan R.A. untuk mendengarkan apa pendapatnya tentang dakwaan Muhammad S.A.W. itu. Tujuan kedatangan mereka mendapatkan Abu Bakar R.A. tidak lain dengan prasangka tentunya Abu Bakar R.A. kali ini akan mendustakan kisah yang tidak masuk akal pada fikiran mereka itu. Setelah pertanyaan itu disampaikan kepada Abu Bakar R.A. lalu beliau pun berkata, "Adakah Muhammad berkata begitu? Sahut mereka, "Benar! Maka ujar Saiyidina Abu Bakar R.A. "Jika Muhammad berkata begitu maka sungguh benarlah apa yang diceritakan itu. Lalu mereka pun terus menyambung, "Engkau percaya hai Abu Bakar bahawa Muhammad sampai ke tanah Syam lebih sebulan perjalanan pulang, di malam semalam tadi? Maka sahut Abu Bakar sungguh-sungguh, "Benar! Aku percaya! Malah lebih dari itu aku percaya kepadanya. Aku percaya akan berita dari langit yg diberitakannya baik pada waktu siang mahupun di waktu malam! Demikian hebatnya sambutan sahabat yang paling utama itu. Kerana tegas dan teguhnya iman beliau terhadap agama yang dibawa oleh Muhammad dan terhadap apa yang dikhabarkan oleh baginda maka beliau telah diberi oleh Rasulullah S.A.W. dengan gelaran As-Siddiq, entinya yang benar.
Dan memanglah tidak menghairankan sekali sikap Abu Bakar itu. Beliau telah kenal akan Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam bukan sehari dua, melainkan sudah boleh dikatakan seumur manusia. Beliau tahu bahawa sahabatnya itu berkata benar, tak pernah bohong; orang amin. Mustahil baginda akan khianat kepada pengikutnya yang pencaya kepadanya. Beliau mengimani sahabatnya itu Pesuruh Allah Yang Maha Kuasa, menerima wahyu danipada Tuhannya. Beliau sudah bertahun-tahun mengikutkan petunjuk yang diwahyukan oleh Allah kepada sahabatnya itu maka telah teguhlah iman dalam hatinya.
Tatkala keadaan kekejaman orang-orang musynikin Quraisy terhadap kaum Muslimin yang sedikit jumlahnya di Mekah semakin hebat dan membahayakan, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah mengadakan permusyuaratan di rumah Saiyidina Abu Bakar R.A. untuk mencari jalan keluar daripada kesulitan yang sedang dihadapi oleh pihak kaum Muslimin. Ketika itulah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan kepada Saiyidina Abu Bakar R.A. bahawa Allah S.W.T. telah memerintahkan baginda supaya melakukan hijrah ke Madinah serta meminta Saiyidina Abu Bakar R.A. supaya menemaninya dalam peristiwa hijrah tersebut. Dengan perasaan gembira tanpa sedikit kebimbanganpun Saiyidina Abu Bakar R.A. menyambut permintaan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
Dari pintu belakang rumah Saiyidina Abu Bakar R.A. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersama-sama Saiyidina Abu Bakar menuju ke Gunung Tsaur dan bersembunyi di gua yang diberi nama Gua Tsaur. Pada saat suasana amat kritis, Saiyidina Abu Bakar R.A. diserang rasa kegelisahan dan cemas kerana khuatir kalau-kalau musuh dapat mengetahui di mana Rasulullah sedang bensembunyi, maka pada saat itu turun ayat suci Al Quran dari Surah Taubah yang isinya memuji Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq, sebagai orang kedua sesudah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam Gua Tsaur. Dalam pada itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pun mengerti akan situasi dan kegelisahan sahabatnya itu yang oleh kerananya Rasul berkata, "Apakah yang menggelisahkanmu, bukankah Allah menemani kita?
Kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, diriwayatkan berkata selanjutnya untuk menghilangkan kebimbangan Saiyidina Abu Bakar, "Kiranya mereka masuk juga ke dalam gua ini kita masih dapat melepaskan diri dari pintu belakang itu, ujar Rasul sambil menunjukkan ke belakang mereka. Saiyidina Abu Bakar R.A. pun menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya beliau bila dilihatnya pintu belakang yang ditunjuk oleh Rasul itu, padahal pintu tersebut tadinya tidak ada sama sekali. Sebenarnya kebimbangan Abu Bakar R.A. tatkala di dalam gua itu bukanlah kerana takutkan nyawanya akan diragut oleh pihak musuh tetapi yang lebih dibimbangkannya ialah keselamatan jiwa baginda Rasul. Beliau pernah berkata, "Yang saya bimbangkan bukanlah mengenai diri saya sendiri, kalau saya terbunuh, yang tewas hanyalah seorang manusia biasa. Tapi andaikata tuan sendiri dapat dibunuhnya maka yang akan hancur ialah satu cita-cita yang suci murni. Yang akan runtuh ialah keadilan dan yang akan tegak pula ialah kezaliman.
Ucapan antara dua orang sahabat tatkala dalam gua itu ada tersebut dalam Al Quran dalam Surah At-Taubah ayat 40: "Kalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) ketika dia diusir oleh orang-orang kafir (dan kampung halamannya), dalam keadaan berdua orang sahaja di dalam suatu gua, Di kala itu dia (Muhammad) berkata kepada sahabat karibnya (Abu Bakar): Jangan engkau berdukacita; sesungguhnya Tuhan bersama kita. Tuhan menurunkan ketenanganNya kepadanya, dan dikuatkannya dengan tentera yang tidak kamu lihat. Dan Tuhan menjadikan perkataan orang yang kafir itu paling rendah dan perkataan Tuhan itu yang amat tinggi. Dan Tuhan Maha Kuasa dan Bijaksana.
Demikian satu lagi keistimewaan Saiyidina Abu Bakar AL Siddiq sebagai seorang sahabat yang sama-sama mengalami kesukaran dan kepahitan bersama-sama Rasulullah dalam menyampaikan seruan Islam. Saiyidina Abu Bakar R.A. tidak bercerai jauh dengan baginda Rasul sepanjang hidupnya dan menyertai semua peperangan yang dihadapi oleh baginda. Beliau bukan sahaja berjuang menegakkan Agama Islam dengan segenap jiwa raganya bahkan juga dengan harta kekayaannya. Sungguh beliaulah yang paling banyak sekali berkorban harta untuk menegakkan Agama Islam. Bahkan seluruh kekayaannya telah habis dipergunakannya untuk kepentingan penjuangan menegakkan kalimah Allah. Di kalangan para sahabat beliaulah tergolong orang yang paling murah hati dan dermawan sekali.
Dalam Perang Tabuk misalnya, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah meminta kepada sekelian kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Saiyidina Abu Bakar R.A. membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar R.A., bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah S.A.W. menjadi terkejut lalu berkata kepadanya:
"Hal sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?
Pertanyaan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam itu dijawab oleh Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya. "Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.
Demikianlah kehebatan jiwa Saiyidina Abu Bakar AlSiddiq, suatu contoh kemurahan hati yang memang tidak dijumpai bandingannya di dunia. Memandangkan besarnya pengorbanan beliau terhadap Islam maka wajarlah kalau Rasulullah bersabda bahawa tegaknya Agama Islam itu adalah lantaran hanta benda Siti Khadijah dan juga Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq. Tepatlah juga tatkala baginda bersabda bahawa kiranya iman seluruh ummat ditimbang bersama iman Saiyidina Abu Bakar R.A. maka berat lagi iman Saiyidina Abu Bakar R.A. Beliau memang manusia luar biasa kebesarannya yang telah ditakdirkan oleh Allah S.W.T. untuk menjadi teman akrab Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
Pada suatu ketika di saat Rasulullah membaca khutbah yang antara lain menyatakan bahawa kepada seseorang hamba Allah ditawarkan untuk memilih dunia dan memilih ganjaran yang tersedia di sisi Allah, dan hamba Allah tersebut tidak akan memilih dunia, melainkan memilih apa yang tersedia di sisi Tuhan... Maka ketika meƱdengar khutbah Nabi demikian itu Saiyidina Abu Bakar R.A. lalu menangis tersedu-sedu, kenana sedih dan terharu sebab beliau mendengar dan mengerti bahawa yang dimaksud dalam isi khutbah tersebut ialah bahawa umur kehidupan Rasul di dunia ini sudah hampir berakhir. Demikian kelebihan Saiyidina Abu Bakar R.A. di- banding dengan para sahabat yang lain kerana beliaulah yang mengetahui bahawa umur Rasul hampir dekat.
Keunggulan beliau dapat dilihat dengan jelas selepas wafatnya Rasulullah S.A.W. di kala mana ummat Islam hampir-hampir menjadi panik serta tidak percaya kepada kewafatannya. Bahkan sahabat besar Saiyidina Umar Al Khattab sendiri telah diselubungi kekacauan fikiran dan tampil ke muka umum sambil mencabar dan mengugut sesiapa sahaja yang berani mengatakan baginda telah wafat. Ujar Umar r.a., "Rasulullah tidak wafat, dia hanya pergi menghadap Allah sahaja seperti perginya Nabi Musa yang telah menghilangkan diri dan kaumnya selama empat puluh hari, kemudian pulang semula kepada kaumnya setelah diheboh-hebohkan wafatnya.
Ketika kegawatan itu berlaku Saiyidina Abu Bakar sedang berada di suatu kampung Al-Sunnah. Tatkala berita kewafatan Rasulullah itu sampai kepadanya, beliau dengan segera menuju ke Madinah. Di sana beliau dapati ramai orang sedang benkumpul mendengarkan pidato Saiyidina Umar Al Khattab tadi. Tanpa lengah-lengah lagi Saiyidina Abu Bakar terus ke rumah puterinya Siti Aisyah dan di sanalah beliau dapati tubuh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam terbujur di satu sudut rumah. Beliau lantas membuka wajah Rasulullah dan mengucupkannya, sambil benkata, "Wahai, betapa cantiknya engkau ketika hidup dan betapa cantiknya engkau ketika mati! Kemudian beliau pun keluar mendapatkan orang ramai yang sedang dalam panik itu lalu berkata dengan nada yang keras:
"Wahai kaum Muslimin! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah mati. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah maka Allah selama-lamanya hidup tidak mati. Seraya menyambung membacakan sepotong ayat dari Al Qur'an:
"Muhammad itu tidak lebih dari seorang rasul seperti rasul-rasul yang terdahulu darinya. Jika ia mati atau terbunuh patutkah kamu berundur ke belakang. Sesiapa yang surut ke belakang, dia tidak akan membahayai Allah sedikit pun dan sesungguhnya Allah akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur.
Sejurus sahaja mendengar ayat itu, Saiyidina Umar Al Khattab pun terus rebah hingga barulah beliau dan orang ramai Islam yang telah mendengar pidatonya tadi mendapat kepastian bahawa Rasulullah sudah wafat. Kaum Muslimin tentunya telah pernah dengar ayat ini sebelumnya, kerana ayat itu telah turun semasa peperangan Uhud, ketika Rasulullah S.A.W. telah diberitakan mati terkorban dan menyebabkan banyak pejuang-pejuang Islam berundur ke Madinah. Tetapi mereka tidaklah memahami maksud ayat ini seperti yang difahami oleh Saiyidina Abu Bakar R.A. Ini jelas membuktikan kecerdasan Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq dalam memahami Islam.
Ketika Rasulullah S.A.W. wafat, baginda memang tidak meninggalkan pesan tentang siapa yang patut menggantikan baginda sebagai Khalifah ummat Islam. Tetapi setelah lama berbincang kaum Muslimin dengan suara ramai memilih Saiydina Abu Bakar As-Siddiq sebagai Khalifah setelah namanya itu dicalunkan oleh Saiyidina Umar Ibnul Khattab R.A. Pemilihan ini tentulah tepat sekali kerana pada pandangan kaum Muslimin memang beliaulah yang paling layak sekali memegang kedudukan itu memandangkan kelebihan-kelebihannya dari para sahabat yang lain. Apatah lagi beliaulah yang pernah ditunjuk oleh baginda Rasul semasa hayatnya untuk menggantikan baginda sebagai imam sembahyang tatkala baginda sedang uzur.
Setelah dipilih oleh sebahagian besar ummat ketika itu Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq pun memberikan ucapannya yang terkenal yang antara lainnya baginda berkata:
"Wahai sekelian ummat! Aku telah dipilih menjadi pemimpin kamu padahal aku ini bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Sebab itu jika pemerintahanku baik, maka sokonglah, tetapi jika tiada baik, maka perbaikilah. Orang yang lemah di antara kamu adalah kuat pada sisiku hingga aku harus menolongnya mendapatkan haknya, sedang orang yang kuat di antara kamu adalah lemah pada sisiku, hingga aku harus mengambil hak orang lain yang berada di sisi nya, untuk dikembalikan kepada yang berhak semula. Patuhilah kepadaku selama aku patuh kepada Allah dan RasulNya. Akan tetapi jika aku mendurhakai Allah, maka kamu sekelian tak harus lagi patuh kepadaku.
Aku dipilih untuk memimpin urusan ini padahal aku enggan menerimanya. Demi Allah aku ingin benar kalau ada di antaramu orang yang cekap untuk urusan ini. Ketahuilah jika kamu meminta kepadaku agar aku berbuat sebagai yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sungguh aku tidak dapat memperkenankannya, Rasulullah adalah seorang hamba Allah yang dapat kurnia wahyu dari Tuhan, kerana itu baginda terpelihara dari kesalahan-kesalahan, sedang aku ini hanyalah manusia biasa yang tidak ada kelebihannya dari seorangpun juga di antara kamu.
Ini adalah satu pembaharuan dalam pemerintahan yang belum pernah dikenali oleh rakyat jelata kerajaan Rome dan Parsi yang memerintah dunia barat dan timur ketika itu. Baginda telah mematuhi manifesto politiknya. Baginda hidup seperti rakyat biasa dan sangat tidak suka didewa-dewakan. Adalah diriwayatkan bahawa pada satu masa ada orang memanggilnya, "Ya Khalifah Allah! Baginda dengan segera memintas cakap orang itu dengan katanya:
"Saya bukan Khalifah Allah, saya hanya Khalifah RasulNya!
Adalah diriwayatkan bahawa pada keesokan harinya iaitu sehari setelah baginda terpilih sebagai Khalifah, Saiyidina Abu Bakar R.A. kelihatan membawa barang perniagaannya ke pasar. Beberapa orang yang melihat itu lalu mendekati baginda, di antaranya Abu Ubaidah Bin Janrah. Sahabat besar itu mendekati baginda seraya berkata, "Urusan Khalifah itu tidak boleh dicampuri dengan berniaga! Lalu Abu Bakar R.A. bertanya, "Jadi dengan apakah aku hidup, dan bagaimana aku membelanjai rumah tanggaku? Demikian sedihnya nasib yang menimpa Saiyidina Abu Bakar R.A. sebab walaupun kedudukannya sebagai Kepala Negara namun belum ada lagi ketetapan untuk bagi seseorang kepala pemenintah Islam memperolehi gaji dari harta kerajaan.
Keadaan ini mendapat perhatian dari para sahabat lalu mereka menentukan tunjangan secukupnya buat baginda dan buat keluarga baginda yang diambil dari Baitul Mal. Kemudian itu baharulah Khalifah Abu Bakar meninggalkan usaha perniagaannya kerana hendak memusatkan seluruh tenaganya untuk mengembangkan agama Islam dan menjalankan tanggungjawabnya sebagai seorang Khalifah. Semasa hertugas sebagai Khalifah ummat Islam baginda hanya menerima peruntukan sebanyak enam ribu dirham sahaja setahun iaitu kira-kira lebih kurang 1,200 dolar sahaja setahun. Peruntukan itu tidak dibelanjakannya untuk keperluan dirinya malahan sebelum wafatnya baginda telah memerntahkan supaya pendapatannya itu diserahkan kembali kepada Baitul Mal.
Kebijaksanaan Abu Bakar R.A. juga ternyata dalam polisinya menyamakan pemberian elaun kepada orang-orang yang berhak agar mereka tidak dipisahkan oleh jurang-jurang perbezaan yang jauh agar tidak lahir satu golongan yang mendapat kedudukan yang lebih istimewa dan golongan-golongan yang lain. Sedangkan baginda sendiri hanya mengambil sekadar keperluan-keperluan asasi buat diri dan keluarganya.
Sebelum baginda wafat, kepada Saiyidina Umar Al Khattab baginda telah mewasiatkan agar jangan menghiraukan jenazahnya nanti bila baginda pulang ke rahmatullah, melainkan haruslah dia segera mengirim bala tentera ke Iraq untuk membantu Al Muthanna yang sedang bertempur di Iraq itu. Saiyidina Abu Bakar R.A. tidak lupa mengingatkan Saiyidina Umar R.A. apa yang dikerjakannya di waktu Rasulullah wafat dan bagaimana cintanya kepada Rasul dan perhatiannya kepada jenazah baginda yang suci itu tidak mengabaikannya dan melaksanakan kewajipan biarpun yang demikian itu amat berat bagi jiwanya. Dengarlah antara lain kata-katanya kepada Umar Ibnul Khattab R.A.:
"Dengarlah hai Umar! Apa yang akan kukatakan ini dan laksanakanlah. Aku mengharap akan kembali ke hadrat Allah hari ini sebab itu sebelum matahari terbit pada esok hari engkau hendaknya telah mengirim bala hantuan kepada Al Muthanna. Janganlah hendaknya sesuatu bencana bagaimana pun besarnya dapat melupakan kamu dan urusan agama dan wasiat Tuhan. Engkau telah melihat apa yang telah ku lakukan tatkala Rasulullah wafat sedang wafatnya Rasulullah itu adalah satu bencana yang belum pernah manusia ditimpa bencana yang sebesar itu. Demi Allah, andaikata di waktu itu aku melalaikan perintah Allah dan RasulNya, tentu kita telah jatuh dan mendapat siksaan Allah, dan pasti pula kota Madinah ini telah jadi lautan api.
Dalam masa pemerintahannya yang singkat Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq yang memerintah hanya dalam masa dua tahun sahaja itu telah meletakkan asas pembangunan sebuah pemenintahan Islam yang teguh dan kuat setelah berjaya mengatasi berbagai macam masalah dalam negeri dengan segala kebijaksanaan dan kewibawaannya. Baginda telah memenuhi segenap janji-janjinya dan dalam masa dua tahun pemerintahannya itu telah terbentuk rantai sejarah Islam yang merupakan lembaran-lembaran yang abadi.
Sungguh kehidupan Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq adalah penuh dengan nasihat, penuh dengan ajaran serta kenang-kenangan yang indah mulia. Selama dua tahun pemerintahannya itu baginda telah berjaya menyusun tiang-tiang pokok dan kekuatan Islam. Baginda telah membangunkan kekuatan-kekuatan yang penting bagi memelihara kepercayaan kaum Muslimin dan bagi memelihara keagungan Agama Islam. Bahkan baginda telah mengakhiri riwayat pemerintahan yang dipimpinnya dengan menundukkan sebahagian daripada negeri Syam dan sebahagian daripada negeri Iraq, lalu pulang ke rahmatullah dengan dada yang lapang, ketika umur baginda menginjak 63 tahun. Baginda dikebumikan di samping makam Rasulullah S.A.W. di Masjid Madinah. Semoga riwayat serta penjuangan baginda menjadi contoh ibadat yang murni bagi sekelian kaum Muslimin