RAMADHAN DAN
SHODAQOH
(Muslich Marzuki Mahdhor,Lc. M.Ag)
Alhamdulillah, pada tahun ini kita-insya Allah- akan kembali bertemu dengan tamu mulia bulan suci
Ramadhan. Bulan penuh berkah, rahmat dan maghfirah, bulan diwajibkannya Puasa
dan turunnya Al-Qur’an. Al-Qur’an
diturunkan sebagai hidayah bagi orang yang bertaqwa dan puasa mengahntarkan
orang beriman menjadi mutaqqiin. Dan amaliyah Ramdhan terfokus pada dua
aktifitas tersebut. Sedangkan amaliah lainnya tidak lepas dari ibadah untuk
mengkondisikan hati dalam menerima Al-Qur’an dan upaya orang beriman untuk
mengaplikasikan Al-Qur’an.
Amaliyah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah
dan memberikan output yang positif, baik perubahan pribadi, perubahan keluarga,
perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Maka
mengagendakan aktifitas selama bulan Ramadhan menjadi sangat penting. Disiplin
dan hati-hati menjalani hari-harinya harus menjadi tekad dalam hati semua hamba
Allah swt yang menghendaki maghfirah dan hidayah-Nya.
Paling tidak ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam menyambut
dan menghadapi datangnya bulan suci Ramadhan
agar Ramadhan pada tahun ini lebih baik dan memberikan output yang
positif terhadap diri kita, keluarga,
masyarakat dan bangsa
1. Persiapan diri secara maksimal
a. Persiapan Mental
Persiapan mental untuk berpuasa dan ibadah lainnya adalah
sangat penting. Apalagi pada saat
menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja
mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam
dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan
kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim akan dilihat dibagian akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub
yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan
ibadah Ramadhan.
b. Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak
ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll.
Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan
memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan
Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya
kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
c. Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya
ilmu yang terkait dengan ibadah
Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilkan apa-apa kecuali lapar
dan dahaga. Hal ini dilakuakan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang
cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali
kesia-siaan belaka.
d. Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal
dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah,
masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa
tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat
dari beberapa peristiwa di bawah ini :
·
Menyikat gigi
dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
·
Berobat seperti
dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
·
Memperhatikan
penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam kepada sahabat Abdullah ibnu
Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah
yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana
penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal. untuk bekal
ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai
bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah
secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan
lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.
2. Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini,
dan tahun ini harus lebih baik dari tahun yang lalu. Ibadah
Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang
positif. Perubahan pribadi,
perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT
berfirman : « Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11).
Diantara bentuk-bentuk
peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya;
peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan,
pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak,
memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim,
beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam
Ramadhan dan shodakoh
Rasulullah
saw. adalah orang yang paling pemurah dan dibulan Ramadhan beliau lebih pemurah
lagi. Kebaikan Rasulullah saw. di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus
karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan :
أفضل
الصدقة صدقة رمضان
“Sebaik-baik sedekahadalah sedekah
di bulan Ramadhan’ (HR Al-Baihaqi, Alkhotib dan At-Turmudzi)
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas
raldhiallahu 'anhuma, ia berkata :
"Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau
lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan
kepadanya Al-Qur'an. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan
kepadanya Al-Qur'an. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditemui
Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus"
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan:
"Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali
memberikannya. "
Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah radhiallahu
'anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika masuk
bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang
meminta. "
Ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari
berlipatgandanya kedermawanan Rasululloh
shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan :
- Bahwa Ramadhan merupakan kesempatan yang amat berharga dalam melipatgandakan amal kebaikan.
- Membantu orang-orang yang berpuasa dan berdzikir untuk senantiasa taat, agar memperoleh pahala seperti pahala mereka; sebagaimana siapa yang membekali orang yang berperang maka ia memperoleh seperti pahala orang yang berperang, dan siapa yang menanggung dengan balk keluarga orang yang berperang maka ia memperoleh pula seperti pahala orang yang berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid bin Khalid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
من
فطّرَ صائِماً كانَ لهُ مثْلُ أجرِهِ غَيْرَ أنّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أجْرِ
الصّائِمِ شيئاً"
"Barangsiapa
memberi makan kepada orang yang berpuasa maka baginya seperti pahala orang yang
berpuasa itu tanpa mengurangi sedikitpun dari pahalanya. " (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
- Bulan Ramadhan adalah saat Allah berderma kepada para hamba-Nya dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api Neraka, terutama pada Lailatul Qadar Allah Ta 'ala melimpahkan kasih-Nya kepada para hamba-Nya yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba Allah niscaya Allah Maha Pemurah kepadanya dengan anugerah dan kebaikan. Balasan itu adalah sejenis dengan amal perbuatan.
- Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama termasuk sebab masuk Surga. Dinyatakan dalam hadits Ali radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh di Surga terdapat ruangan-ruangan yang
bagian luamya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari
luar. " Maka berdirilah kepada beliau seorang Arab Badui seraya berkata:
Untuk siapakah ruangan-ruangan itu wahai Rasulullah? jawab beliau: "Untuk
siapa saja yang berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa dan shalat malam
ketika orang-orang dalam keadaan tidur. "
(HR. At-Tirmidzi dan Abu Isa berkata, hadits ini gharib)
- Semua kriteria ini terdapat dalam bulan Ramadhan. Terkumpul bagi orang mukmin dalam bulan ini; puasa, shalat malam, sedekah dan perkataan baik. Karena pada waktu ini orang yang berpuasa dilarang dari perkataan kotor dan perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah dapat menghantarkan pelakunya kepada Allah Ta 'ala.
- Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama lebih dapat menghapuskan dosa-dosa dan menjauhkan dari api Neraka Jahannam, terutama jika ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah hadits bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
- "Puasa itu merupakan perisai bagi seseorang dari api Neraka, sebagaimana perisai dalam peperangan " ( Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari Ustman bin Abil-'Ash; juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan disetujui Adz-Dzahabi.) Hadits riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al-Baihaqi.
Diriwayatkan
pula oleh Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa itu perisai dan benteng kokoh yang melindungi
seseorang) dari api Neraka"
Dan dalam hadits Mu'adz radhiallahu 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sedekah dan shalat seseorang di tengah malam dapat
menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api" (Hadist riwayat
At-Tirmidzi dan katrrnya. "Hadits hasan shnhih. "
- Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa dapat menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri dari apa yang mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat terlengkapi. Karena itu pada akhir Ramadhan, diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.
- Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia dapat membantu orang lain yang berpuasa agar kuat dengan makan dan minum maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan syahwatnya karena Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain. Untuk itu disyari'atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa bersamanya, karena makanan ketika itu sangat disukainya, maka hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut, agar ia termasuk orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan dan minuman yang dianugerahkan kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak mendapatkan anugerah tersebut. Sungguh nikmat ini hanyalah dapat diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178.)
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya (kepada kita semua).
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi kita
Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar